Bercanda adalah sifat alamiah yang ada dalam diri kita. Setiap orang pernah mengalami atau melakukan candaan, sejak usia dini hingga dewasa. Candaan-candaan yang pada dasarnya ditujukan untuk menciptakan suasana lucu penuh tawa, seringkali malah menghadirkan suasana yang tidak mengenakan, bahkan hingga terjadinya kerenggangan hubungan. Berpijak dari situ, penting bagi kita untuk memahmi candaan yang harus dihindari agar tidak menyinggung perasaan orang, apalagi jika kita tidak memahami karakter orang-orang yang kita ajak bercanda.
Bercanda soal kondisi fisik
Ini salah satu candaan negatif yang sering terjadi. Selain sangat tidak bagus, sisipan pesan moralnya juga nyaris tidak ada. Setiap orang lahir dan tumbuh dengan kondisi fisik yang tidak bisa ditawar. Sudah menjadi kehendak yang Maha Kuasa. Maka, ketika warna kulit, warna rambut, tinggi badan, bentuk kelopak mata dan kekurangan yang ada pada struktur bentuk tubuh dijadikan bahan candaan, sekali lagi, itu sangat tidak lucu. Jika kamu benar-benar melakukannya, maka sebagian besar orang akan menganggap kamu tidak sedang bercanda, tapi sedang memperolok Sang Pencipta.
Bercanda soal kondisi mental dan kemampuan intelejensia
Kasus yang paling sering terjadi pada candaan model begini adalah penggunaa istilah “Autis” sebagai bahan candaan. Jika kamu salah satu orang yang sering menjadikan kata “Autis” sebagai bahan candaan, segeralah hentikan dan jangan pernah berpikir untuk mengulanginya lagi. Bercanda dengan menggunakan istilah-istilah yang merujuk pada kondisi mental dan kemampuan intelejensia orang lain akan menunjukan jika kamu adalah orang yang tidak peka terhadap lingkungan, khususnya kepada keluarga atau orang yang menjadi bagian dari penyandang berkebutuhan khusus.
Bercanda soal status hubungan
Ini yang paling sering terjadi. Hampir setiap orang pernah mengalaminya. Jika banyolan-banyolan dengan kata-kata “jomblo” masih dirasa wajar, maka kamu harus berpikir ulang lagi ketika ingin bercanda dengan menggunakan istilah “janda”.
Perlu kamu ketahui, bahwa tidak semua orang yang menyandang status tak lagi bersuami bisa nyaman atau cuek dengan candaan tersebut. Apalagi, biasanya candaan yang nyerempet-nyerempet ke istilah “janda” konotasinya cenderung dibawa ke arah negatif. Kamu jangan berpikir “ah, si anu gak pernah marah tuh?”, karena pola rasa dan poli pikir setiap orang berbeda. Kita tidak ingin mengatakan bahwa “si anu” yang merasa biasa saja ketika dicandain dengan kata-kata janda itu orang yang kurang baik, tapi umumnya mereka (yang tak lagi bersuami) yang baik-baik akan merasa tidak nyaman ketika dicandai dengan membawa-bawa status hubungan. Disinilah, kita harus mulai belajar menjadi orang yang respect dengan status yang disandang orang lain.
Bercanda soal keyakinan
Keyakinan adalah elemen hidup yang sangat sakral. Yang mengatur secara langsung bagaimana pola hubungan antar seseorang dengan apa yang diyakininya. Kekuatan sakralnya, bisa menyentuh sisi sanubari paling dalam. Oleh karenanya, jangan pernah sekalipun untuk menjadikan keyakinan (atau yang menjadi bagian dari keyakinan) seseorang sebagai sebuah candaan. Sekalipun kamu tidak punya tujuan negatif, persepsi dan tafsir orang bisa berbeda. Sedikit saja kamu menyentil keyakinan orang lain dengan candaan, dampaknya bisa luar biasa membahayakan.
Discussion about this post